Translate

Rabu, 26 April 2017

Persiapan dan Perawatan PreOperasi, IntraOperasi dan Post Operasi

PENGERTIAN  PERIOPERASI
 
Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pre operasi (pre bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi (pasca bedah). Pre bedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah. Intra bedah merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
2.2         JENIS-JENIS OPERASI (PEMBEDAHAN)
a.             Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi bedah toraks kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah ortopedi, bedah urologi, bedah kepala leher, bedah digestif, dan lain-lain.
b.            Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi :
1.      Pembedahan diagnosis, ditunjukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala penyakit seperti biopsy, eksplorasi, dan laparotomi.
2.      Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit. Misalnya pembendahan apendektomi.
3.      Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaiki deformitas, menyambung daerah yang terpisah.
4.      Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan penyakit.
5.      Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam tubuh seperti rhinoplasti.
2.3     ANASTESIA
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga menyebabkan hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang rasa sakit ketika dilakukan tindakan pembedahan.  Hal yang perlu diperhatikan yaitu dosis yang diberikan sesuai dengan jenis pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai waktu yang dibutuhkan selama operasi dilakukan.
a.       Jenis-jenis anestesia
a)      Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa. Pada umumnya, metode pemberiannya adalah dengan inhalasi dan intravena.
b)      Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf sensoris di bagian tubuh tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh tersebut. Metode umum yang digunakan adalah melakukan blok saraf, memblok regional intravena  dengan torniquet, blok daerah spinal, dan melalui epidural.
c)      Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada daerah yang akan dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar. Metode yang digunakan adalah infiltrasi atau topikal.
d)     Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif secara artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta untuk mengurangi  kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode yang digunakan adalah hipnotis.
e)      Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan merangsang keluarnya endorfin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah jarum atau penggunaan elektrode pada permukaan kulit.
2.4           PERSIAPAN DAN PERAWATAN PRE OPERASI
Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan tentang persiapan pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidak tahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut.
A.      Rencana tindakan :
1.         Pemberian pendidikan kesehatan pre operasi.
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencangkup penjelasan mengenai berbagai informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut diantaranya tentang jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang di perlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan pengobatan setelah bedah.
2.         Persiapan diet
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam sebelum bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi.
3.         Persiapan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau sejenisnya yang sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus di cukur.
4.         Latihan napas dan latihan batuk
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru-paru. Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan diafragma, dengan cara berikut:
a)      Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengembangkan toraks.
b)      Tempatkan tangan diatas perut.
c)      Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.
d)     Tahan napas 3 detik.
e)       Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f)       Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga tiga kali setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g)       Istirahat.
5.         Latihan kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea. Latihan memompa otot dapat dilakukan dengan mengontraksi otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga sepuluh kaki. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga lima kali. Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan menekan otot pantat, kemudian coba gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat, dan ulangi hingga lima kali.
6.         Latihan mobilitas
Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri. Melalui latihan mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti menggunakan penghalang  agar bsa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat tidur, atau dengan menggeser pasiem ke sisi tempat tidur. Melatih duduk diawali dengan tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.
7.         Pencegahan cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah:
a.       Cek identitas pasien.
b.      Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang, dan lain-lain.
c.       Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
d.      Lepaskan kontak lensa.
e.       Lepaskan protesis.
f.       Alat bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar.
g.      Anjurkan pasien untukmengosongkan kandung kemih.
h.      Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko terjadi tromboflebitis.
2.5        PERSIAPAN DAN PERAWATAN INTRA OPERASI
Intra operasi (bedah) merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan.
Hal yang perlu di dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauan fisiologis perubahan tanda vital, sistem kardiovaskular, keseimbangan cairan, dan pernafasan. Selain itu lakukan pengkajian terhadap tim, dan instrumen pembedahan, serta anestesia yang diberikan.
A.    Rencana tindakan:
1.      Penggunaan baju seragam bedah.
Penggunaan baju seragam bedah didesain khusus dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa semua baju dari luar harus diganti dengan baju bedah yang steril, atau baju harus dimasukkan ke dalam celana atau harus menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, serta gunakan tutup kepala, masker, sarung tangan, dan celemek steril.
1.      Mencuci tangan sebelum pembedahan.
2.      Menerima pasien di daerah bedah.
Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang di ruang penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah apa yang akan dilakukan, nomor status registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan X-ray, persiapan darah setelah dilakukan pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesis, dan lain-lain.
3.      Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah.
Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup, trendelenburg, litotomi, lateral, atau disesuaikan dengan jenis operasi yang akan dilakukan.
4.      Pembersihan dan persiapan kulit.
Pelaksanaan tindakan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah bebas dari kotoran dan lemak kulit, serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan dalam membersihkan kulit ini harus memiliki spektrum khasiat, kecepatan khasiat, potensi yang baik dan tidak menurun apabila terdapat kadar alkhohol, sabun deterjen, atau bahan organik lainnya.
5.      Penutupan daerah steril.
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar tetap sterilnya di daerah seputar bedah dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah steril dan tidak.
6.      Pelaksanaan anestesia.
Pelaksanaan anestesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anestesia umum, inhalasi atau intravena, anestesia regional, dan anestesia lokal.
7.      Pelaksanaan pembedahan.
Setelah dilakukan anestesia, tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai dengan ketentuan embedahan.
2.6         PERSIAPAN DAN PERAWATAN POST OPERASI
Post Operasi (pasca bedah) merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Setelah tindakan pembedahan (pra oprasi), beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit,  kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat-alat yang digunakan dalam pembedahan. Selama periode ini proses asuhan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan  postoperasi  sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
A.    Faktor yang Berpengaruh Postoperasi
1.      Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel.
2.      Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
entilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.
3.      Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma ekspander.
4.      Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
5.      Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi pasien.
6.      Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.
B.     Tindakan:
1.      Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan manajemen  luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan. Kemudian  memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2.      Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan diafragma, kemudian napas dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3.      Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk memperlancar vena.
4.      Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan sesuai kebutuhan pasien, monitor input dan output , serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5.      Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output, serta mencegah terjadinya retensi urine.
6.      Mobilisasi dini,  dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir. Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum ambulatori.
7.      Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara  terapeutik.
8.      Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
9.      Discharge Planning. Merencanakan  kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
C.     Ada 2 macam discharge planning :
1)      Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada klien (sebagai dokumentasi)
2)      Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar