Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan
yang dimulai pre operasi (pre bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi
(pasca bedah). Pre bedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di
meja bedah. Intra bedah merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke
meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedah
merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki
ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
2.2
JENIS-JENIS
OPERASI (PEMBEDAHAN)
a.
Jenis-Jenis
Pembedahan Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi
bedah toraks kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah ortopedi, bedah urologi,
bedah kepala leher, bedah digestif, dan lain-lain.
b.
Jenis-Jenis
Pembedahan Berdasarkan Tujuan
Berdasarkan
tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi :
1.
Pembedahan
diagnosis, ditunjukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala penyakit seperti
biopsy, eksplorasi, dan laparotomi.
2.
Pembedahan
kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit. Misalnya pembendahan
apendektomi.
3.
Pembedahan
restoratif, dilakukan untuk memperbaiki deformitas, menyambung daerah yang
terpisah.
4.
Pembedahan
paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan penyakit.
5.
Pembedahan
kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam tubuh seperti rhinoplasti.
2.3 ANASTESIA
Anestesia adalah
penghilangan kesadaran sementara sehingga menyebabkan hilang rasa pada tubuh
tersebut. Tujuannya untuk penghilang rasa sakit ketika dilakukan tindakan
pembedahan. Hal yang perlu diperhatikan
yaitu dosis yang diberikan sesuai dengan jenis pembedahan atau operasi
kecil/besar sesuai waktu yang dibutuhkan selama operasi dilakukan.
a. Jenis-jenis
anestesia
a) Anestesia
umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan
kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa. Pada umumnya, metode
pemberiannya adalah dengan inhalasi dan intravena.
b) Anestesia
regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk meniadakan
proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf sensoris di bagian tubuh
tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh
tersebut. Metode umum yang digunakan adalah melakukan blok saraf, memblok
regional intravena dengan torniquet,
blok daerah spinal, dan melalui epidural.
c) Anestesia
lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada daerah yang akan
dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar. Metode yang digunakan
adalah infiltrasi atau topikal.
d) Hipoanestesia,
dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif secara artifisial
sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta untuk
mengurangi kesadaran sehingga perhatian
menjadi terbatas. Metode yang digunakan adalah hipnotis.
e) Akupuntur,
anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan merangsang
keluarnya endorfin
tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah jarum atau
penggunaan elektrode pada permukaan kulit.
2.4
PERSIAPAN DAN PERAWATAN PRE OPERASI
Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum
dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan
berakhir sampai pasien di meja bedah.
Hal-hal yang
perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan tentang persiapan
pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan yang
utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga
tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidak tahuan
klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit
serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut.
A. Rencana
tindakan :
1.
Pemberian pendidikan kesehatan pre operasi.
Pendidikan
kesehatan yang perlu diberikan mencangkup penjelasan mengenai berbagai
informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut diantaranya tentang
jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang di
perlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan
pengobatan setelah bedah.
2.
Persiapan diet
Sehari sebelum
bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam sebelum bedah tersebut
dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan cairan tidak
diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan dalam lambung
dapat menyebabkan aspirasi.
3.
Persiapan kulit
Dilakukan dengan
cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme dengan cara
menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau sejenisnya yang sesuai dengan jenis
pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus di cukur.
4.
Latihan napas dan latihan batuk
Latihan ini
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru-paru. Pernapasan yang
dianjurkan adalah pernapasan diafragma, dengan cara berikut:
a) Atur
posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengembangkan toraks.
b) Tempatkan
tangan diatas perut.
c) Tarik
napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.
d) Tahan
napas 3 detik.
e) Keluarkan napas dengan mulut yang
dimoncongkan.
f) Tarik
napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga tiga kali setelah
napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g) Istirahat.
5.
Latihan kaki
Latihan ini
dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis. Latihan kaki yang
dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan
mengencangkan glutea. Latihan memompa otot dapat dilakukan dengan mengontraksi
otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga sepuluh
kaki. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan membengkokkan lutut kaki rata
pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat
tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga lima kali.
Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan menekan otot pantat,
kemudian coba gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat, dan ulangi
hingga lima kali.
6.
Latihan mobilitas
Latihan ini
dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang
peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri. Melalui latihan mobilitas, pasien
harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti menggunakan
penghalang agar bsa memutar badan,
melatih duduk di sisi tempat tidur, atau dengan menggeser pasiem ke sisi tempat
tidur. Melatih duduk diawali dengan tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan
kaki menggantung di sisi tempat tidur.
7.
Pencegahan cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya
cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah:
a. Cek
identitas pasien.
b. Lepaskan
perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang, dan
lain-lain.
c. Bersihkan
cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
d. Lepaskan
kontak lensa.
e. Lepaskan
protesis.
f. Alat
bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar.
g. Anjurkan
pasien untukmengosongkan kandung kemih.
h. Gunakan
kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko terjadi tromboflebitis.
2.5
PERSIAPAN
DAN PERAWATAN
INTRA OPERASI
Intra operasi (bedah) merupakan masa pembedaahan
dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang
pemulihan.
Hal yang perlu
di dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan posisi pasien. Berbagai masalah
yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauan fisiologis perubahan tanda vital,
sistem kardiovaskular, keseimbangan cairan, dan pernafasan. Selain itu lakukan
pengkajian terhadap
tim, dan instrumen pembedahan, serta anestesia yang diberikan.
A. Rencana
tindakan:
1. Penggunaan
baju seragam bedah.
Penggunaan baju
seragam bedah didesain khusus dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari
luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa semua baju dari luar harus
diganti dengan baju bedah yang steril, atau baju harus dimasukkan ke dalam
celana atau harus menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, serta
gunakan tutup kepala, masker, sarung tangan, dan celemek steril.
1. Mencuci
tangan sebelum pembedahan.
2. Menerima
pasien di daerah bedah.
Sebelum memasuki
wilayah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang di ruang penerimaan
untuk mengecek kembali nama, bedah apa yang akan dilakukan, nomor status
registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan X-ray, persiapan darah
setelah dilakukan pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesis, dan
lain-lain.
3. Pengiriman
dan pengaturan posisi ke kamar bedah.
Posisi yang
dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup, trendelenburg, litotomi,
lateral, atau disesuaikan dengan jenis operasi yang akan dilakukan.
4. Pembersihan
dan persiapan kulit.
Pelaksanaan
tindakan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah bebas dari
kotoran dan lemak kulit, serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan
dalam membersihkan kulit ini harus memiliki spektrum khasiat, kecepatan khasiat,
potensi yang baik dan tidak menurun apabila terdapat kadar alkhohol, sabun
deterjen, atau bahan organik lainnya.
5. Penutupan
daerah steril.
Penutupan daerah
steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar tetap sterilnya di daerah
seputar bedah dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah steril dan
tidak.
6. Pelaksanaan
anestesia.
Pelaksanaan
anestesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anestesia umum,
inhalasi atau intravena, anestesia regional, dan anestesia lokal.
7. Pelaksanaan
pembedahan.
Setelah
dilakukan anestesia, tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai dengan
ketentuan embedahan.
2.6
PERSIAPAN DAN PERAWATAN POST OPERASI
Post Operasi (pasca bedah) merupakan masa setelah
dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Setelah tindakan
pembedahan (pra oprasi), beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya adalah
status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan perubahan tanda vital
yang lain, keseimbangan elektrolit,
kardiovaskular,
lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat-alat yang digunakan dalam
pembedahan. Selama periode ini proses asuhan diarahkan pada menstabilkan
kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri
dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera
membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat
dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang kemungkinan
mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit
atau membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan postoperasi
sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
A. Faktor
yang Berpengaruh Postoperasi
1. Mempertahankan
jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang
suction dan pemasangan mayo/gudel.
2. Mempertahankan
ventilasi/oksigenasi
entilasi dan oksigenasi dapat
dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau
nasal kanul.
3. Mempertahakan
sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah
dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma ekspander.
4. Observasi
keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus
diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya.
Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga
perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk
dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
5. Balance
cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui
input dan output caiaran klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi
lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang
justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi
eleminasi pasien.
6. Mempertahanakan
kenyamanan dan mencegah resiko injury
Pasien post anastesi biasanya akan
mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan
pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya
sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga
kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.
B. Tindakan:
1. Meningkatkan
proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan
manajemen luka. Amati kondisi luka
operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal.
Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka
meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan. Kemudian memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan
vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen dan
mempertahankan integritas dinding kapiler.
2. Mempertahankan
respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas yang dalam dengan
mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau, dapat pula
dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan diafragma,
kemudian napas dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang
dikuncupkan.
3. Mempertahankan
sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko tromboflebitis atau pasien
dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat
duduk guna untuk memperlancar vena.
4. Mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan sesuai kebutuhan
pasien, monitor input dan output , serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5. Mempertahankan
eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output, serta mencegah terjadinya
retensi urine.
6. Mobilisasi
dini, dilakukan meliputi ROM, nafas
dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi
neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir. Mempertahankan aktivitas
dengan latihan yang memperkuat otot sebelum ambulatori.
7. Mengurangi
kecemasan dengan melakukan komunikasi secara
terapeutik.
8. Rehabilitasi,
diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi
dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk
memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
9. Discharge
Planning. Merencanakan kepulangan pasien
dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang
perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post
operasi.
C. Ada
2 macam discharge planning :
1) Untuk
perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada
klien (sebagai dokumentasi)
2) Untuk
pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.
0 komentar:
Posting Komentar